Senin, Juni 13, 2011

Tentukan sejak awal, jangan malah bingung ditengah jalan

Beberapa hari ini banyak sekali pernyataan yg mengganggu pikiran saya, sangat menggangu.
"Apakah ini crash ? " ,
"apakah bursa akan hancur ?" ,
" saham saya sangkut, mesti diapakan ?" ,
"kapan waktunya beli dan kapan waktunya jual ?"
Mengapa banyak sekali yang seolah-olah kebingungan pada saat sekarang, seperti orang yg tersesat dihutan belantara tanpa petunjuk arah. Saya coba uraikan kembali, agar lain kali jangan sampai tersesat lagi yah.

Sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam bisnis saham ini tentunya kita haruslah menentukan style kita masing-masing. Ada 2 macam style :
Investor
Trader

Dari style investor itu sendiri dapat dibagi lagi kedalam :
investor long term (time frame diatas 1 tahun)
investor mid term (time frame dibawah 1 tahun)

Sedangkan dari style Trader dapat dibagi menjadi :
Swing trader
Trend trader
Day trader
Scalper trader

Dari banyaknya style tersebut diatas maka aturan dan rencana serta resiko yg dihadapi pun berbeda-beda, Hasil tidak akan maksimal jika  memutuskan untuk membeli saham dengan style investor long term namun keluar atau menjual saham tersebut dengan style/ aturan seorang day trader, alangkah lebih lucunya lagi jika memutuskan untuk membeli suatu saham dengan style day trader atau bahkan scalper namun ketika memutuskan menjual malah menggunakan style investor long term.
Sekedar contoh :
Si Budi memiliki dana sebesar Rp.20jt, dia memutuskan untuk menggunakan style day trader dan scalper juga (mix) yang mana style scalper lebih mengedepankan situasi pergerakan harga yg tidak banyak dan masuk / buy dengan jumlah lot banyak agar nantinya profit yang didapat lebih maksimal, namun ketika harga bergerak turun tidak dengan cepat mengambil keputusan jual malah menahan saham tersebut dengan harapan bahwa suatu saat harga akan bergerak naik kembali dikarenakan saham perusahaan yg si Budi beli merupakan perusahaan dengan fundamental yg bagus.
Namun harga tidak bergerak naik dengan cepat ,  malah bergerak turun terus selama beberapa hari kedepan.
Budi mulai gelisah dan tidak tahan melihat nilai portfolionya yg terus turun setiap harinya, sambil melihat-lihat milis atau forum apapun itu dan mungkin juga mendengar bisikan dari teman yg semuanya mengatakan bahwa market akan crash maka makin takut jadinya si Budi ini karena pada saat buy, dia mengerahkan hampir 100% modalnya yg sebesar 20jt itu tadi. Akhirnya setelah melihat dananya tergerus sebesar 10% , Budi memutuskan untuk menjual semua saham nya atau cut lose, setelah CL ternyata harga malah bergerak naik. Sungguh sangat menyesal si Budi, dalam hati ia berkata " aku cuma mencari 1% saja setiap hari di market namun mengapa sekarang malah lose 10%, ini jumlah kekalahan yang tidak dapat aku terima "
dalam contoh kedua, si Anto adalah seorang trader juga , namun disaat harga menyentuh batas bawah / stop lose, ia langsung keluar dari saham tersebut dikarenakan dia adalah seorang trader yang disiplin akan trading plan yg telah ia buat diawal sebelum memutuskan untuk membeli, bagi Anto, saham itu ibarat sebuah permainan probabilitas yg mana ada menang dan ada kalah juga jika harga tidak bergerak sebagaimana yg ia inginkan sehingga Anto sangat membatasi jumlah nominal kekalahannya agar dapat sesedikit mungkin. Dan tetap memegang saham yang masih memberikannya capital gain yg bagus agar nantinya jumlah kemenangan lebih besar daripada jumlah kekalahan secara nominal namun dengan probabilitas kalah menang masih 50-50 secara kejadian.
dan contoh yang terakhir adalah si Hadi ^__^ yang mana memilih style investor , dengan keadaan bursa yg mengalami penurunan seperti ini, tidaklah khawatir dikarenakan kondisi ekonomi makro indonesia masih baik, dan sejak awal sudah memiliki plan atau rencana pembelian yg akan dilakukan secara teratur, berkala dan pada saat kondisi-kondisi tertentu yang sudah dicanangkan sejak awal sebelum memutuskan untuk membeli suatu saham.

Sahabat-sahabat ku yang super, bisnis saham itu memang mengandung resiko, namun resiko bukanlah harus dijauhi melainkan dikelola dengan baik, bukankah tak ada yang melarang anda untuk menjual saham anda sendiri.
Jadi kalau menurut saya pribadi, bukan investasi nya yg beresiko melainkan si investor itu sendiri lah yang jauh lebih beresiko daripada investasinya, sehingga sangatlah diperlukan untuk mengelola diri sendiri terlebih dahulu dengan cara banyak belajar dan mencari pengetahuan mengenai dunia saham ini.

Semoga bermanfaat bagi teman-teman ku yg super

Best Regards
Hadi Jie

0 comments: